Head Banner

Tampilkan postingan dengan label Kolom. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kolom. Tampilkan semua postingan

Selasa, 01 November 2011

PKS Tetap Beda


Islamedia - Dua bulan terakhir, PKS seolah menjadi actor antagonis dari sebuah drama politik yang entah disutradarai oleh siapa. Semuanya bermula ketika PKS ngotot menggulirkan hak angket mafia pajak. Bersama Partai Golkar, PKS menjadi partai yang berbeda sikapnya dengan partai koalisi pendukung SBY terkait hak angket tersebut. Ketika akhirnya pendukung hak angket kalah dalam voting, saat itu pula drama politik PKS bergulir.

Diawali dengan isu korupsi daging impor yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian, video mesum tidak mirip Anis Matta, lalu secara tiba-tiba muncul Yusuf Supendi yang menggugat petinggi PKS dengan berbagai tuduhan, hingga berujung pada kasus Arifinto yang tertangkap kamera wartawan sedang “melihat” materi porno di ipadnya saat Sidang Paripurna.

Hujatan publik mengalir deras. Cercaan dan makian bertubi-tubi menghujani tubuh PKS. Kata mereka: “PKS menjual agama”; “ PKS partai munafik”; PKS partai porno”; “PKS tak ada bedanya dengan partai lain”. Benarkah PKS sama dengan partai lainnya?

PKS Tetap Beda!

PKS bukanlah kumpulan malaikat yang karena tak punya nafsu maka tak bisa berbuat salah. PKS juga bukan kumpulan setan yang setiap saat selalu berbuat salah dan berkewajiban mengajak orang lain untuk mengikuti jejaknya.

PKS hanya jamaah manusia yang berusaha seoptimal mungkin “mendekati” kesucian malaikat untuk tak berbuat dosa dan disaat yang sama berusaha semaksimal mungkin menjauhi setan agar tak terjerumus dalam kesesatannya.

Setiap pekan kader PKS mengkaji Islam sebagai cara kader PKS mengenal lebih dekat ajaran Allah yang dibawa oleh Rasulullah saw. Setiap pekan kader PKS di mutaba’ah: berapa kali kader PKS sholatjamaah?; berapa kali kader PKS sholat sunnah?; berapa kali kader PKS puasa?; berapa kali kader PKS membaca dan mentadabburi al-Qur’an?; berapa kali kader PKS sholat malam?; berapa kali kader PKS berinfak?; berapa kali kader PKS bersilaturahim?; berapa kali kader PKS membaca buku?; dan berapa kali kader PKS melakukan amal-amal kebaikanlainnya?

Itu semua sebagai cara kader PKS mempraktekkan ajaran Islam yang lengkap dan paripurna. Itulah cara kader PKS menjauhi perbuatan dosa. Itulah cara kader PKS mengendalikan nafsu. Itulah cara kader PKS “mendekati” kesempurnaan malaikat yang bebas dari dosa. Dan, sekali lagi, itulah cara kader PKS menjauhi godaan setan yang tak pernah kenal lelah mendatangi kader PKS dari seluruh penjuru mata angin, bahkan hingga merasuk kedalam hembusan nafas dan aliran darah kader PKS.

Beberapa pekan sekali kader PKS mabit untuk membersihkan hati dari debu-debu dosa. Kader PKS sholat malam berjamaah, kader PKS bermuhasabah, kader PKS mengkaji Islam. Begitu indah. Suasana kebersamaan begitu terasa. Kader PKS terikat bukan hanya karena factor politik; tapi ikatan iman dan aqidah.

Adakah partai lain melakukan apa yang PKS kerjakan? Sejauh pengamatan kami: belum ada! Bagi kader PKS, partai hanya sebuah sarana dakwah; bukan tujuan; bukan segala-galanya.
Lalu, mengapa masih ada kader PKS yang terjebak rayuan maut setan?

Itulah bukti bahwa kader PKS manusia; bukan malaikat. Bukti bahwa setan tak kenal lelah menggoda manusia dengan berbagai trik jitu dan halus. Bayangkan, kader PKS saja yang berusaha keras menginternalisasi nilai-nilai Islam kepada paraanggotanya, ternyata masih kecolongan. Lalu, bagaimana jadinya dengan partai lain yang Cuma menjadikan politik sebagai sarana merebut dan mempertahankan kekuasaan?

PKS Tetap Beda!

Bagi yang menganggap PKS sama dengan partai-partai lain, perhatikanlah baik-baik setiap kasus yang menimpa PKS. Semuanya baru dugaan dan tak pernah diajukan kemeja pengadilan. Kasus korupsi daging impor yang dimuat di Majalah Tempo, hingga hari ini tak pernah masuk keranah hukum. Bahkan, kalau mau jujur, apa yang menimpa Arifinto, belum terbukti benar. Sejauh ini, media menghakimi Arifinto sengaja membuka situs porno, yang kemudian dibantah oleh Arifinto bahwa ia hanyamembuka link email.

Dan inilah yang membuat PKS tetap beda dengan partai lainnya. Meski belum terbukti, Arifinto langsung mundur sebagai anggota DPR. Tahukah jika di gedung dewan yang terhormat itu, teramat banyak anggotanya yang jelas-jelas sudah terbukti bersalah, namun tak mau mundur dengan alasan kasusnya belum memiliki kekuatan hukum tetap?

Tahukah jika disana banyak tindakan anggota dewan yang jauh lebih menjijikkan dan memalukan dibanding Arifinto? Tidur saat sidang, jarang hadir, menelepon dan bermain ipad. Tapi mereka tak malu. Dan karenanya mereka tak mau mundur.

PKS Tetap Beda!

Lihatlah saat PKS melakukan pergantian pucuk pimpinan partai. Tak ada gontok-gontokan. Tak ada keributan. Tak ada politik uang. Tak ada kursi terbang di atas kepala. Tak ada kata-kata makian yang terlontar. Semuanya berlangsung smooth. Bahkan tak jarang di antara kader PKS saling mempersilakan diri untuk menjadi pemimpin.

Itu karena bagi kader PKS, menjadi pemimpin adalah amanah berat yang kelak harus dipertanggungjawabkan di akhirat. Menjadi pemimpin di DPC, DPD, DPW atau DPP bukanlah tiket untuk menjadi anggota dewan atau menteri. Dan karena itu pula, tak ada dalam kamus kader PKS untuk mati-matian memperebutkannya.

Bandingkan dengan partai lain. Setiap dihelat munas, rapimnas, mukernas atau yang sejenisnya, selalu saja berita yang tersaji sangat tidak elok untuk didengar. Isu suap, perkelahian di ruang sidang, kursi terbang, dan sebagainya. Ujung-ujungnya, ketika ada pihak yang kalah, maka mereka akan keluar dari partai dan membuat barisan baru.

PKS Tetap Beda!

Masih ingatkah dengan tradisi politik adiluhung yang dilakukan PKS sejak dulu? PKS mengharamkan rangkap jabatan. Tak ada dalam kamus PKS, seorang pejabat public juga menjadi pejabat partai. Di mulai dengan mundurnya Nurmahmudi Ismail yang saat itu diangkat menjadi menteri Kehutanan oleh Gus Dur. Ia mundur sebagai presiden partai untuk menghilangkan konflik kepentingan. Tradisi itu terus PKS lakukan hinggasaat ini.

Bukankah secara kasat mata saja, terlihat perbedaan PKS dengan partai lain? Di saat PKS mengharamkan rangkap jabatan, di saat yang sama partai-partai lain justru dengan sengaja menjadikan pimpinan partainya merangkap jabatan sebagai pejabat publik. Kita bias melihatnya sekarang: betapa banyak pimpinan partai yang menjadi menteri.

PKS Tetap Beda!

Slogan PKS sebagai partai yang peduli, bukan pepesan kosong. Berapa kali sudah PKS berada di garda terdepan saat bencana dating menghantam negeri kita tercinta. Di Aceh kala tsunami menerjang; Di Yogyakarta kalagempa mengguncang; di Padang dan Mentawai saat lindu menggoyang; juga di Yogyakarta kala Merapi meradang. Kepedulian PKS adalah wujud Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Praktek nyata dari keindahan nilai-nilai Islam dalam memandang kemanusiaan.

Itulah yang membedakan PKS dengan partai lain. PKS hadir setiap hari: dimana pun dan kapanpun. PKS tak hanya hadir saat menjelang pilkada atau pemilu. PKS tak hadir lima tahun sekali dengan membagi-bagi sembako, kaos, jilbab dan uang. Tak semurah dans erendah itu PKS menghargai rakyat.PKS hadir setiap saat ketika masyarakat membutuhkan PKS.

PKS Tetap Beda!

Meski kader PKS mulai dihinggapi persoalan-persoalan yang mirip dialami kader partai lainnya, tak serta merta membuat PKS sama. Kasus Arifinto yang menurutnya tak sengaja membuka konten porno tentu saja jauh berbeda dengan kasus sejenis yang dialami kaderpartai lain. Arifinto bukanlah Yahya Zaini atau Max Moein yang jelas-jelas telah berzina.
Akhirnya, kami hanya ingin mengingatkan: Toyota Alphard dan Bajaj tetaplah berbeda meski keduanya memiliki bentuk roda yang sama yakni bundar.

Wallahua’lam bishshowab.

Sumber : http://www.islamedia.web.id
Read more »

Jumat, 22 April 2011

PKS dan Pertaruhan Politik Islam

Oleh : Teuku Zulkhairi
Perjalanan dan kiprah politik Islam dalam sejarahnya selalu diterpa oleh berbagai “badai” besar. Berbagai konspirasi membendung arus penyebaran politik Islam di berbagai kawasan.

Kita tentu ingat persis ketika kemenangan partai Islam HAMAS di Palestina yang ditentang habis-habisan oleh negara-negara Barat. Refah di Turki yang dibubarkan militer dengan alasan mengancam sekulerisme Turki, hingga Najmuddin Erbakan sebagai pelopor politik Islam kontemporer di Turki dilarang aktif di dunia politik selama beberapa tahun.

Larangan terhadap eksistensi Ikhwanul Muslimin di Mesir di masa Husni Mubarak, hingga pencaplokan terhadap kemenangan FIS di Aljazair beberapa dasawarsa silam dan berbagai kasus memilukan lainnya. Begitu juga sejarah Masyumi yang memperjuangkan politik Islam di Indonesia yang kemudian kita ketahui dibubarkan oleh presiden Soekarno. Begitulah sejarah perjalanan partai yang mengusung politik Islam di pentas demokrasi dunia.

Namun demikian, dibalik sejarah kelam tersebut, saat ini angin segar politik Islam sedang menaungi beberapa kekuatan Islam. Dimulai dari Turki yang eksistensi partai AKP dibawah kepemimpinan kharismatik Tayyib Erdogan berhasil menjadikan Turki sebagai kekuatan dunia yang disegani. Kuat secara militer dan ekonomi. Dan disaat yang bersamaan juga berhasil menampilkan Islam ke permukaan dengan mengalahkan pengaruh kekuatan sekuler yang hegemonik.

Di Indonesia, pasca Orde Baru, Islam politik bisa dikatakan mengalami kebangkitan yang signifikan, terutama secara kuantitatif. Kemunculan partai-partai berbasis Islam seperti PBB, Mayumi Baru, PK (kemudian menjadi PKS) menemani keberadaan PPP yang terlebih dahulu ada.

Namun kertebukaan politik Indonesia yang sudah melepaskan idelogi membuat keberadaab partai-partai Islam kehilangan daya jualnya, praktis kini, hanya PKS yang satu-satunya partai Islam yang perolehan suaranya meningkat di setiap pemilu. Sementara PPP yang pada pemilu 2004 meraih suara yang sangat signifikan, pada pemilu 2009 yang lalu mengalami penurunan suara yang sangat drastis.

Nasib beberapa partai Islam lain seperti PBB, PBR dan PKNU juga sangat malang dengan gagalnya mereka mencapai Electoral Threshold sehingga gagal menempatkan wakilnya di parlemen.

“Badai” Menerjang PKS

Kiprah PKS pun kini menerima ujian dahsyat. Khususnya pasca keributan terkait hak angket mafia pajak di parlemen. Ketika memperjuangkan hak berbicara ini, fraksi PKS di DPR RI secara konsisten mendukung hak angket tersebut meski dengan ancaman direshuflenya beberapa menterinya dari koalisi.

Kemudian hak angket tersebut kandas setelah fraksi dari Gerindra, PPP, PD dan PKB menolak hak angket tersebut, namun “badai besar” terfokus hanya menerjang PKS. “Badai” yang dimotori oleh mantan kadernya ini sejatinya bukanlah perkara yang terjadi dengan sendirinya.

Pasalnya, menurut pengakuan beberapa petinggi PKS, kasus pemecatan Yusuf Supendi sudah berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu. Lalu kenapa baru sekarang baru dimunculkan?

Pengamat politik Burahanuddin Muhtadi melihat tidak tertutup kemungkinan adanya grand desain dari pihak luar yang bermain. Seperti adanya manuver yang sengaja dilakukan untuk mengkerdilkan PKS yang dinilai mulai mengganggu dan merongrong kekuasaan akibat ketegasannya yang berbeda dengan partai lain yang tergabung dalam koalisi terkait kasus hak angket pajak beberapa waktu lalu(detiknews.com/25/3).

Namun demikian, satu sisi positif adalah jika Yusuf Supendi (YS) membeberkan kasus ini menjelang pemilu 2014, kemungkinan suara PKS akan anjilok. Namun beruntung YS tidak menunggunya hingga menjelang pemilu 2014, sehingga PKS pun bisa menyiapkan amunisi untuk mengklarifikasi apa yang mereka sebut sebagai fitnah dari YS.

Waktu akan memberikan jawaban apakah tudingan YS untuk PKS benar adanya, seperti tuduhan korupsi YS kepada Anis Matta. Hanya tudingan “korupsi” ini yang patut kita tunggu jawabannnya. Sedangkan tuduhan poligami “tidak sah”, pemecatan secara sepihak, saya kira ini bukan masalah besar yang patut dibahas.

Apalagi penilaian YS menyebut tidak sahnya poligami beberapa elit PKS ini hanya karena tidak mendapat persetujuan dari dewan syariah partai.

Faktanya, Hidayat Nurwahid kemudian turut berbicara, bahwa persetujuan dewan syariah bukan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh anggota PKS yang ingin poligami. Isu poligami elit PKS ini sedikit tidaknya mungkin memang akan mempengaruhi konstituen PKS dari kalangan perempuan, namun nampaknya masyarakat sudah mulai sadar dengan permainan politik di negara ini.

Jika menjauhi PKS hanya dengan alasan karena beberapa elit PKS melakukan poligami, saya kira partai yang anti kepada poligami lebih berhak untuk dijauhi. Pemahaman keislaman masyarakat Indonesia saya yakin tidak buruk. Apalagi faktanya PKS tidak memasukkan poligami sebagai program partai. Dengan alasan ini, saya kira PKS masih akan tetap kuat.

Terkait pemecatan terhadap beberapa kadernya, saya kira ini bukti bahwa aturan di PKS berjalan ketat, dinamis dan tersistem. Satu hal yang membuat partai ini masih rapi hingga hari ini. Jika melanggar, anggota dewan syariah sekalipun tetap akan dipecat. Kita tentu tidak akan memaksa mereka(pengurus PKS) untuk membeberkan apa kesalahan YS karena PKS sendiri sepakat untuk tidak membuka aib YS.

Namun demikian, terlepas dari kekurangan-kekurangan yang ada pada PKS, penulis kira kita tetap bisa melihat partai ini sebagai partai yang memperjuangkan politik Islam. Keputusan PKS untuk menjadi partai terbuka sebenarnya sangat mudah untuk dipahami.

Sebab, jika PKS dengan agenda Islamnya hanya berharap pemilih dari kalangan Islam ideologi, tentu saja hal itu tidak cukup untuk memenangkan mereka dalam pemilu.

Secara kuantitas, suara pemilih dari kalangan Islam ideologi masih kalah jauh dari kalangan nasionalis-sekuler. Dalam hal pemikiran keislaman, meminjam pendekatan antropologi politik Clifford Geertz yang mengkategorikan priyayi, abangan, dan santri. Umat Islam di Indonesia, tidak terkecuali Aceh sekalipun, nampaknya mayoritas merupakan Islam abangan.

Partai Islam bukan pilihan politik muslim abangan yang justru lebih nyaman menjatuhkan pilihan politiknya kepada partai-partai nasionalis yang mengusung Pancasila sebagai ideologi. Fakta ini nampak dari pemilih partai-partai nasionalis seperti Demokrat, Golkar, dan PDIP, yang notabenenya mayoritas adalah umat Islam.

Dan pengalaman-pengalaman runtuhnya kekuatan Islam di beberapa kawasan lain sepertinya sudah dipelajari betul oleh PKS. Sehingga kemudian dengan misinya menjadi partai “terbuka”, PKS nampak ingin menjadikan agenda dakwah Islam sebagai agenda negara.

Bukan hanya tugas parpol Islam atau organisasi-organisasi Islam lainnya. Dan ini Nampak berhasil. Misalnya terlihat ketika PKS menjadi rekayator dibelakang RUU Anti Pornografi yang ditelurkan parlemen.

Menjadi aktor dan pelopor dibelakang agenda negara melawan arus budaya korupsi. Agenda Islam PKS ini juga menjadi agenda negara ketika PKS melalui Tifatul Sembiring akhirnya “berhasil” menutupi akses pornografi di dunia maya. Dan sebagainya.

Partai politik Islam, dengan segala kekurangannya, saya kira masih jauh lebih baik dari partai non Islam. Saya pikir, jika berbicara tentang Islam maka mestinya partai Islamlah yang harus bangkit.

Karena Islam adalah satu-satunya agama yang mengatur segala lini kehidupan manusia dengan sistemnya yang universal dan integral. Berharap ditengah pudaranya warna partai Islam lain dan realitas historis bahwa partai-partai Islam sulit bersatu, mudah-mudahan PKS sanggup bertahan menghadapi ”badai” tersebut untuk mempertahankan eksistensi kiprah politik Islam di nusantara.

Kita tentu tidak mau melihat PKS bernasib sama seperti beberapa partai Islam lain yang akhirnya menjadi sejarah saja dengan kegagalannya mencapai Electoral Threshold.

Harus diakui, pasca kemunculannya, PKS telah memberikan warna berbeda di pentas perpolitkan negara kita. Sebagai umat Islam, kenapa tidak jika kita harus mengakui kelebihan dan apa yang telah dikerjakan oleh saudara?.

Berharap mereka sempurna adalah hal yang mustahil. Karena kita juga tidak bisa sempurna. Keep Istiqamah PKS! Wallahu a’lam bishshawab.

Sumber : www.eramuslim.com
Read more »

Senin, 18 April 2011

Kado Milad Ke - 13 untuk PKS

foto dari: www.mediaindonesia.com
Haru biru Milad PKS Ke 13
*Catatan seorang kader PKS

Suasana pagi Ahad tanggal 17 April 2011 tidak seperti biasanya. Karena Hari ini akan ada acara Milad PKS ke 13 di Gelora Bung Karno.

Sudah menjadi kebiasaan, sebagai pendukung PKS aku sibuk memprsiapkan diri, istri dan tiga orang anakku yang masih lucu-lucu untuk meramaikan Milad PKS itu.

Informasi dari pengurus DPC PKS Kebon Jeruk melalui SMS pagi itu mengatakan bahwa massa dari Jawa Barat dan Banten akan hadir sekitar 120 ribu orang, Subhanallah sebuah jumlah yang sangat besar. Bahkan sebagian massa tersebut sudah berangkat lebih awal dan tiba di jakarta pukul 02.00 dini hari.

Sehari sebelumnya Struktur DPC PKS KebonJeruk bersama Ketua-ketua DPRa melakukan konsloidasi untuk mempersiapkan jumlah massa yang akan di hadirkan ke acara tersebut. sebanyak 3000 massa menjadi target DPC PKS Kebon Jeruk.

Tiba saatnya aku bersama keluarga menuju ke Gelora Bung Karno untuk ikut meramaikan Milad PKS. Ada sebuah pertanyaan dalam diri yang menghinggapi pikiranku, Apakah Milad PKS kali ini seramai dan sebesar Milad PKS sebelumnya ? di banjiri oleh jumlah massa yang banyak hingga tumpah ruah baik kader atau simpatisan.

Pertanyaan itu muncul karena akhir - akhir ini banyak berita-berita negatif di media massa yang mendiskreditkan PKS. Mulai dari berita tentang Misbakhun anggota dewan dari PKS yang kesandung kasus LC fiktif Bank Century, gugatan Yusuf Supendi salah satu mantan pendiri PKS ke beberapa pengurus pusat ke KPK dan Baleg DPR RI, dan yang teranyar kasus foto anggota dewan PKS yang ketangkap kamera saat sidang paripurna membuka email berisi link porno. Berita ini selain merusak jargon PKS yang bersih, peduli dan profesional juga dapat melemahkan loyalitas kader dan antipati masyarakat kepada partai ini.

Tanpa terkecuali diriku. Namun aku bukanlah orang yang percaya begitu saja terhadap semua pemberitaan itu. sebab aku yakin bahwa partai ini masih menjadi partai yang dapat di harapkan untuk memperjuangkan nasib rakyat ke depan dari sekian banyak partai lain. Semua berita-berita negatif itu hanya sedikit dari kebaikan PKS yang telah banyak berbuat untuk ummat.

Dengan menggunakan sepeda motor MIOku aku bonceng istri dan tiga orang anakku. Pukul 08.00 pagi aku tiba di Gelora Bung Karno. Hingga aku masuk lewat pintu 2 menuju sektor 3. Sampai di tribun aku melihat masih banyak bangku yang kosong hanya ada sebagian tribun saja yang terisi sudah penuh.

Seolah membenarkan dugaan pertanyaan ku, sepertinya PKS sudah di tinggalkan oleh konstituensya. MC sudah mulai membuka acara dengan berbagai macam pertunjukan. Tetapi bangku masih saja kosong hingga pukul 09.00.

Namun semua dugaan itu hilang, terjawab dengan kenyataan akhirnya jumlah massa memenuhi semua bangku setiap tribun di GBK. Bahkan masih banyak yang tidak dapat masuk untuk menyaksikan langsung acara di dalam stadion GBK. Sebanyak 500 ribu massa tumpah ruah menghadiri Milad PKS ini.

Nampak sogan-slogan spanduk yang bertuliskan optimisme partai dan kader seperti "Apapun yang terjadi PKS tetap Solid", PKS Bekerja Untuk Indonesia. DI tambah lagi yel-yel yang yang di suarakan "PKS Bersatu tak bisa di kalahkan". hingga pekikan takbir yang menjadi ciri partai inipun menggema yang dapat menggetarkan musuh PKS jika mendengarnya.

Tak sadar air mata mengalir, melihat begitu banyak massa yang hadir dengan penuh semangat dan harapan kepada PKS. Ternyata berita-berita negatif itu tak mampu melunturkan loyalitas kader dan simpatisan untuk tetap mendukung PKS.

Sambil berdoa dalam hatiku semoga Allah senantiasa menjaga partai ini dari segala makar dan tangan jahat yang akan merusak citra PKS di tengah masyarakat. Harapan masih ada dari Partai Dakwah ini. Untuk manuju masyarakat yang Makmur, Adil dan Sejahtera. Semoga.....

Selamat Milad ke 13 PKS, kau akan tetap ada di hatiku dan hati keluargaku. Maju Terus PKS..Kami senantiasa bersamamu. Allahu Akbar.



 
Read more »

Minggu, 17 April 2011

Berani Mundur

Oleh Zaim Uchrowi
Arifinto sungguh disayang Tuhan. Anggota DPR itu saya yakin seorang yang baik. Lebih baik dari rata-rata orang, lebih baik dari kebanyakan rekan legislatifnya. Tapi, sebaik-baik orang tentu punya kelemahan, tak terkecuali orang baik ini. Ia melakukan yang tak patut bagi orang sebaik dirinya, apalagi di tengah rapat Paripurna DPR—rapat yang semestinya diikuti cermat oleh semua pesertanya.
Read more »

Selasa, 08 Maret 2011

Memahami Strategi PKS

Jakarta - Berbekal slogan baru 'Bekerja untuk Indonesia', Partai Keadilan Sejahtera mencanangkan target masuk 3 besar pada Pemilu 2014 yang akan datang. Sekadar kilas balik singkat, pada pemilu 2009 lalu secara berurutan Partai Demokrat memperoleh 20,8% suara, Partai Golkar 14,5 % suara, PDIP 14,1%, serta PKS sendiri 7,9% suara. Berdasar target yang telah dicanangkan oleh PKS pada Mukernas Yogya yang berlangsung akhir bulan ini, berarti PKS harus menggeser atau menggerus salah satu dari 3 partai sebelumnya, Demokrat, Golkar atau PDIP.
Read more »

 

GALERI FOTO

VIDEO

DUKUNG KAMI

SELAMAT DATANG, ANDA MENGUNJUNGI BLOG RESMI DPC PKS KEBON JERUK