Soal PKS, SBY Harus Pertimbangkan Etika

INILAH.COM, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diingatkan untuk memikirkan matang-matang sebelum mengeluarkan seluruh menteri PKS dari kabinet. Dibanding Golkar, PKS adalah partai yang sejak awal mendukung SBY.


Pengamat politik dari konsultan politik dan bisnis Uvolution Indonesia Andi Syafrani mengingatkan kembali frase yang sering dikutip oleh SBY dalam berbagai kesempatan yakni logika, etika, dan estetika. "Ketiga frase itu harus dipakai sama SBY dalam memutuskan nasib PKS," ujarnya.

Dari sisi logika, lanjut Andi, PKS memang pantas diberi sanksi karena melanggar kesepakatan koalisi. Tapi dari sisi etika, tidaklah etis jika seluruh menteri PKS dicopot.

Terlebih jika matematika politik yang dipakai adalah karena PKS memiliki sedikit suara di parlemen dibandingkan Golkar sehingga partai tersebut boleh mendapat sanksi lebih besar dari Golkar. "Itu sama sakali tidak etis. Golkar itu pendukung yang masuk terakhir. Masa hanya karena kuat di parlemen, lalu Golkar tidak diberi sanksi sedangkan PKS diberi."

Andi menyarankan sebaiknya sanksi terhadap PKS ialah mencopot sebagian dari empat menteri PKS saat ini. Hal serupa juga harus dilakukan kepada Golkar. "Nah, kalau itu dilakukan SBY, estetikanya masuk. Elok dipandang mata."

Sementara itu, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menilai akan terjadi masalah dalam sisa kepemimpinan SBY jika PKS dikeluarkan seluruhnya dari koalisi. "Akan ada masalah besar kalau PKS semuanya dikeluarkan," ujar Kalla kepada INILAH.COM pada suatu acara semalam.

Segera setelah SBY menggelar jumpa pers Selasa petang (1/3/11) mengenai sikapnya terhadap partai politik yang mbalelo, beredar spekulai bahwa PKS akan ditendang seluruhnya dari kabinet, sedangkan Golkar hanya akan diberi sanksi ringan.

Saat ini, ada empat menteri di Kabinet Indonesia Bersatu II yang berasal dari PKS dan tiga menteri dari Partai Golkar.[nic]

Sumber :www.inilah.com